Tertunduk lesu tak bergairah.
Wanita itu terus menatap ke depan. Menerawang jauh ke angan. Membawa terbang harapan. Ya harapan. Harapan yang dulu menjadi cita yang kini telah menjadi angan. Tak dapat lagi goresan senyuman yang ia nampakan. Sesak,iya sesak. Sesak akan yang telah terjadi pada dirinya. Tak tau kemana dia itu harus berhenti. Wanita yang terus berjalan, mencari kepastian.
Retak. Pecah. Terbelah.
Pikiran wanita itu terus melayang. Kemana dia harus pergi? Entah. Menyapa embun yang menetes. Berteman kicauan burung yang bernyanyi. Menyusup melewati kabut. Kini wanita itu telah mencari pria yang benar-benar tulus kepadanya. Ya. Wanita itu terus mencari, karena ia sadar bahwa tidak ada salahnya ia untuk mencari. Seperti merpati yang membawa pesan, wanita ini pun membawa pesan. Pesan akan cinta yang telah dikhianati.
Terisak. Terinjak. Perih
Melewati semilir angin malam. Bersama remang sinar rembulan. Remahan kesedihan masih nampak jelas diparas wanita itu. Tak terbendung lagi kesediahan yang dialaminya. Kemana pria itu? Yasudahlah. Tak ada untungnya membicarakan dia. Wanita itu terus berjalan dan berjalan. Tak menentu arah. Mencari sebuah kepastian memang tidak mudah. Iming-iming janji palsu yang pernah ia dapatkan,membuat ia takut untuk memulainya kembali. Tunggu! Takut? Tidak setakut yang dibayangkan,namun lebih menjaga perasaan.
Letih. Sakit. Tertahan
Tak terasa, wanita itu terus berjalan. Mengitari gelapnya hutan, panasnya gurun dan dinginnya kutub. Seperti itulah perasaannya pada saat itu. Membahana setiap derap langkahnya, layaknya langkah kesedihan. Sedih? Iya, wanita itu masih sedih. Sesedih hujan yang menangis.
Wanita itu terus menatap ke depan. Menerawang jauh ke angan. Membawa terbang harapan. Ya harapan. Harapan yang dulu menjadi cita yang kini telah menjadi angan. Tak dapat lagi goresan senyuman yang ia nampakan. Sesak,iya sesak. Sesak akan yang telah terjadi pada dirinya. Tak tau kemana dia itu harus berhenti. Wanita yang terus berjalan, mencari kepastian.
Retak. Pecah. Terbelah.
Pikiran wanita itu terus melayang. Kemana dia harus pergi? Entah. Menyapa embun yang menetes. Berteman kicauan burung yang bernyanyi. Menyusup melewati kabut. Kini wanita itu telah mencari pria yang benar-benar tulus kepadanya. Ya. Wanita itu terus mencari, karena ia sadar bahwa tidak ada salahnya ia untuk mencari. Seperti merpati yang membawa pesan, wanita ini pun membawa pesan. Pesan akan cinta yang telah dikhianati.
"Seperti merpati yang membawa pesan, wanita ini pun membawa pesan. Pesan akan cinta yang telah dikhianati."
Terisak. Terinjak. Perih
Melewati semilir angin malam. Bersama remang sinar rembulan. Remahan kesedihan masih nampak jelas diparas wanita itu. Tak terbendung lagi kesediahan yang dialaminya. Kemana pria itu? Yasudahlah. Tak ada untungnya membicarakan dia. Wanita itu terus berjalan dan berjalan. Tak menentu arah. Mencari sebuah kepastian memang tidak mudah. Iming-iming janji palsu yang pernah ia dapatkan,membuat ia takut untuk memulainya kembali. Tunggu! Takut? Tidak setakut yang dibayangkan,namun lebih menjaga perasaan.
" Mencari sebuah kepastian memang tidak mudah."
Letih. Sakit. Tertahan
Tak terasa, wanita itu terus berjalan. Mengitari gelapnya hutan, panasnya gurun dan dinginnya kutub. Seperti itulah perasaannya pada saat itu. Membahana setiap derap langkahnya, layaknya langkah kesedihan. Sedih? Iya, wanita itu masih sedih. Sesedih hujan yang menangis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar